*

GUNUNG BROMO

Gunung Bromo Yang Menyimpan Misteri Pasir Hisap

Gunung Bromo - Semeru
      Kawan kawan semuanya tentunya kalian pasti tidak asing dengan pemandangan alam yang ada di probolinggo  salah satunya adalah gunung bromo.bromo menyimpan sejuta makna,mulai dari cerita rakyatnya,keadaan history sosiologinya,antropologinya sampai kepada mitos mitos yang sangat kuatdibalik kisah gunung bromo itu.Pada tanggal 6 juni 2012.kami berempat pergi ke gunung bromo untuk menyelidiki apakah masih terjadi ritual suci di gunung itu.Sebelumnya akan saya beri sedikit asal usul penamaan gunung bromo tersebut.
     Nama Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu, merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, danKabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Gunung Bromo nan eksotik muncul dari lembah Pegunungan Tengger. Bromo adalah salah satu dari tiga puncak gunung berapi di Jawa Timur.
Rute termudah dan paling populer untuk melakukan pendakian di Bromo adalah dari Cemoro Lawang yang bisa diakses dari Kota Probolinggo. Untuk mencapai puncak Bromo, harus melewati kawah pasir terlebih dahulu. Cukup melakukan pendakian selama satu jam saja, Anda sudah bisa mencapai puncak Bromo.Dari puncak Bromo, Anda bisa menikmati pemandangan indah, seperti kawah panas dan Gunung Semeru yang masih dalam satu rangkaian dengan Gunung Bromo. Seperti gunung-gunung di seluruh dunia pada umumnya, waktu yang paling disukai untuk mencapai puncak Bromo adalah saat matahari terbit. 
    Anda harus hati hati ketika memasuki area padang savana di bromo karena terdapat pasir hisap/pasir hidup yang dimungkinkan akan menyedot anda sampai kebawah,untuk itu disarankan agar disana tidak malu untuk bertanya.hal aneh yang kami temui adalah jalan yang terjal tapi tak membuat diri kita ketakutan.secara psikologi daerah curam ,yang berbentuk jurang kita merasa khawatir dan takut,,namun rasa itu hanya sekedar saja datang,,,,Sebelum kami melanjutkan perjalan itu kami telah dibekali banyak hal oleh penjaga bromo yang memang telah mahir dan tahu akan gunung bromo.Kami menemukan tempat dimana joko seger dan roro anteng saat berpacaran dan kongkow bareng .Roro anteng dikabarkan melahirkan anak tanpa ada seorang suami yang membuahinya.kami menemukan ada beberapa pancuran air yang di batasi oleh patokan agar tidak dilewati oleh manusia karena dianggap berbahaya bagi pengunjung gunung bromo
     Untuk itu sebelum anda mengunjungi gunung bromo tersebut ada beberapa syarat yang harus anda lakukan
1.Niat baik akan membawa seseorang kepada lancarnya perjalanan anda.pernah suatu ketika sepasang dua sejoli bermesraan di gunung bromo dengan melakukan hal yang amoral,seketika itu juga mereka hilang dan tak ditemukan lagi jasadnya.Semua itu memang kehendak Tuhan tetapi setiap daerah pasti ada aturan tertentu yang harus di taati
2.Jangan mengagap enteng untuk merasa kuat dikeadaan dingin.Bromo terkenal dengan kedinginannya,,kedinginan bromo mulai dari jam 11 malam sampai jam 5 pagi,,,di saat saat itulah kami mengalami krisis tubuh hangat.pastikan membawa baju setebal mungkin untuk melindungi anda dari rasa dingin….
3.menghargai saran orang daerah bromo ketika meminta sesuatu kepada anda.contohnya petunjuk jalan yang disarankan harus diikuti dengan baik..karena mereka lebih mengenal medan di gunung bromo.
Sekian dari paparan dan kisah kami menjelajah di gunung bromo semoga bermanfaat bagi anda ketika anda akan berkunjung di sana. Source

SEJARAH KOTA MALANG

Sejarah Panjang Kota Malang Sejak Zaman Prasejarah sampai Modern

Taman Kota Malang

   Daerah Malang merupakan peradaban tua yang tergolong pertama kali muncul dalam sejarah Indonesia yaitu sejak abad ke 7 Masehi. Peninggalan yang lebih tua seperti di Trinil (Homo Soloensis) dan Wajak – Mojokerto (Homo Wajakensis) adalah bukti arkeologi fisik (fosil) yang tidak menunjukkan adanya suatu peradaban. Peninggalan purbakala disekitar wilayah Kota Malang seperti Prasasti Dinoyo (760 Masehi), Candi Badut, Besuki, Singosari, Jago, Kidal dan benda keagamaan berasal dari tahun 1414 di Desa Selabraja menunjukkan Malang merupakan pusat peradaban selama 7 abad secara kontinyu.
Prasasti Dinoyo
Candi Badut


        Malang merupakan wilayah kekuasaan 5 dinasti yaitu Dewasimha / Gajayana (Kerajaan Kanjuruhan), Balitung / Daksa / Tulodong Wawa (Kerajaan Mataram Hindu), Sindok / Dharmawangsa / Airlangga / Kertajaya (Kerajaan Kediri), Ken Arok hingga Kertanegara (Kerajaan Singosari), Raden Wijaya hingga Bhre Tumapel 1447 – 1451 (Kerajaan Majapahit).
MASA KERAJAAN KANJURUHAN 
    Kerajaan Kanjuruhan menurut para ahli purbakala berpusat dikawasan Dinoyo Kota Malang sekarang. Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan ini adalah Prasasti Dinoyo yang saat ini berada di Museum Jakarta. Prasasti Dinoyo ditemukan di Desa Merjosari (5 Km. sebelah Barat Kota Malang), di kawasan Kampus III Universitas Muhammadiyah saat ini. Prasasti Dinoyo merupakan peninggalan yang unik karena ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan bukan huruf Pallawa sebagaimana prasasti sebelumnya. Keistimewaan lain adalah cara penulisan tahun berbentuk Condro Sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan sebagaimana berikut :
  • Ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja yang sakti dan bijaksana dengan nama Dewasimha
  • Setelah Raja meninggal digantikan oleh puteranya yang bernama Sang Liswa
  • Sang Liswa terkenal dengan gelar Gajayana dan menjaga Istana besar bernama Kanjuruhan
  • Sang Liswa memiliki puteri yang disebut sebagai Sang Uttiyana
  • Raja Gajayana dicintai para brahmana dan rakyatnya karena membawa ketentraman diseluruh negeri
  • Raja dan rakyatnya menyembah kepada yang mulia Sang Agastya
  • Bersama Raja dan para pembesar negeri Sang Agastya (disebut Maharesi) menghilangkan penyakit
  • Raja melihat Arca Agastya dari kayu Cendana milik nenek moyangnya
  • Maka raja memerintahkan membuat Arca Agastya dari batu hitam yang elok
    Salah satu Arca Agastya ada di dalam kawasan Candi Besuki yang saat ini tinggal pondasinya saja. Bukti lain keberadaan Kerajaan Kanjuruhan adalah Candi Badut yang hingga kini masih cukup baik keadaannya serta telah mengalama renovasi dari Dinas Purbakala. Peninggalan lain adalah Patung Dewasimha yang berada di tengah Pasar Dinoyo saat ini. 
MASA KERAJAAN MATARAM HINDU
Keturunan Dewasimha dan Gajayana mundur sejalan dengan munculnya dinasti baru di daerah Kediri yaitu Balitung, Daksa, Tulodong dan Wawa yang merupakan keturunan Raja Mataram Hindu di Jawa Tengah. Balitung (898 – 910) adalah Raja Mataram pertama yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dinasti ini memusatkan kekuasaannya di daerah Kediri yang lebih dekat ke Jawa Tengah dibandingkan dengan bekas pusat kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan di Malang. Pada masa ini Malang hanyalah sebuah wilayah yang tidak begitu penting kedudukannya.
  MASA KERAJAAN KEDIRI, DAHA DAN JENGGALA
Dinasti berikutnya yang menguasai Kediri setelah kemunduran Mataram Hindu adalah keturunan Sindok, Dharmawangsa, Airlangga dan terakhir Kertajaya (1216 – 1222). Pada masa ini pusat kekuasaan beralih ke Daha / Jenggala sedangkan daerah Malang menjadi sebuah wilayah setingkat Kadipaten yang maju dan besar terutama sebagai dalam bidang keagamaan dan perdagangan, dipimpin oleh seorang Akuwu.

MASA KERAJAAN SINGOSARI

Candi Singosari
    Singosari dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di tanah Jawa yang disegani diseluruh Nusantara dan mancanegara. Singosari semula adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Raja Kediri yaitu Kertajaya. Kadipaten tersebut bernama Tumapel dipimpin oleh Akuwu Tunggul Ametung yang kemudian direbut kedudukannya oleh Ken Arok. Ken Arok kemudian mengembalikan pusat kekuasaan ke daerah Malang setelah Kediri ditaklukkan. Selama 7 generasi Kerajaan Singosari berkembang pesat hingga menguasai sebagian besar wilayah Nusantara. Bahkan Raja terakhir yaitu Kertanegara mempermalukan utusan Maharaja Tiongkok Kubhilai Khan yang meminta Singosari menyerahkan kekuasaannya.


      Singosari jatuh ketangan Kediri ketika sebagian besar pasukan Kertanegara melakukan ekspedisi perang hingga ke Kerajaan Melayu dan Sriwijaya. Namun tidak lama kemudian pasukan Kediri berhasil dipukul mundur oleh keturunan Kertanegara yaitu Raden Wijaya yang kemudian dikenal sebagai pendiri Kerajaan Majapahit. Pada saat yang hampir bersamaan Raden Wijaya juga harus menghadapi serbuan dari armada Tiongkok yang menuntut balas atas perlakuan Raja Singosari sebelumnya (Kertanegara) terhadap utusannya. Armada Tiongkok inipun berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya berkat bantuan dari Penguasa Madura yaitu Arya Wiraraja.

MASA KERAJAAN MAJAPAHIT
     Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.
Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru (Telaga Ranu Gumbolo) dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung Bromo – Tengger – Semeru serta Gunung Arjuna adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.

ASAL USUL NAMA KOTA MALANG
       Nama Batara Malangkucecwara disebutkan dalam Piagam Kedu (tahun 907) dan Piagam Singhasari (tahun 908). Diceritakan bahwa para pemegang piagam adalah pemuja Batara (Dewa) Malangkucecwara, Puteswara (Putikecwara menurut Piagam Dinoyo), Kutusan, Cilahedecwara dan Tulecwara. Menurut para ahli diantaranya Bosch, Krom dan Stein Calleneis, nama Batara tersebut sesungguhnya adalah nama Raja setempat yang telah wafat, dimakamkan dalam Candi Malangkucecwara yang kemudian dipuja oleh pengikutnya, hal ini sesuai dengan kultus Dewa – Raja dalam agama Ciwa.

        Nama para Batara tersebut sangat dekat dengan nama Kota Malang saat ini, mengingat nama daerah lain juga berkaitan dengan peninggalan di daerah tersebut misalnya Desa Badut (Candi Badut), Singosari (Candi Singosari). Dalam Kitab Pararaton juga diceritakan keeratan hubungan antara nama tempat saat ini dengan nama tempat di masa lalu misalnya Palandit (kini Wendit) yang merupakan pusat mandala atau perguruan agama. Kegiatan agama di Wendit adalah salah satu dari segitiga pusat kegiatan Kutaraja pada masa Ken Arok (Singosari – Kegenengan – Kidal – Jago : semuanya berupa candi).

      Pusat mandala disebut sebagai panepen (tempat menyepi) salah satunya disebut Kabalon (Kebalen di masa kini). Letak Kebalen kini yang berada di tepi sungai Brantas sesuai dengan kisah dalam Pararaton yang menyebut mandala Kabalon dekat dengan sungai. Disekitar daerah Kebalen – Kuto Bedah – DAS Brantas banyak dijumpai gua buatan manusia yang hingga kini masih dipakai sebagai tempat menyepi oleh pengikut mistik dan kepercayaan. Bukti lain kedekatan nama tempat ini adalah nama daerah Turyanpada kini Turen, Lulumbang kini Lumbangsari, Warigadya kini Wagir, Karuman kini Kauman.

Pararaton ditulis pada tahun 1481 atau 250 tahun sesudah masa Kerajaan Singosari menggunakan bahasa Jawa Pertengahan dan bukan lagi bahasa Jawa Kuno sehingga diragukan sebagai sumber sejarah yang menyangkut pemerintahan dan politik. Penulisan Pararaton sudah .

       Namun pendekatan yang dipakai para ahli dalam menyelidiki asal usul nama Kota Malang didasarkan pada asumsi bahwa nama tempat tidak akan jauh berubah dalam kurun waktu tersebut. Hal ini bisa dibuktikan antara lain dari nama Kabalon (tempat menyepi) ternyata juga disebutkan dalam Negara Kertagama. Dalam kitab tersebut dikisahkan bahwa puteri mahkota Hayam Wuruk yaitu Kusumawardhani (Bhre Lasem) sebelum menggantikan ayahnya terlebih dahulu menyepi di di Kabalon dekat makam leluhurnya yaitu Ken Arok atau Rangga Rajasa alias Cri Amurwabumi. Makam Ken Arok tersebut adalah Candi Kegenengan.

    Namun istilah Kabalon hanya dikenal dikalangan bangsawan, hal inilah yang menyebabkan istilah Kabalon tidak berkembang. Rakyat pada masa itu tetap menyebut dan mengenal daerah petilasan Malangkucecwara dengan nama Malang hingga diwariskan pada masa sekarang.

MASA KOLONIAL
         Setelah kemunduran Kerajaan Majapahit yang terdesak oleh Kerajaan Mataram Islam, daerah Malang semakin ditinggalkan bahkan dijauhi karena kultus Dewa – Raja dan agama Hindu bertentangan dengan ajaran Islam. Peninggalan peradaban Hindu – Ciwa tidak lagi diperhatikan karena sisa pengikut Kerajaan Majapahit yang memeluk agama Hindu Ciwa menyingkir ke daerah Tengger dan keturunannya dikenal sebagai masyarakat Tengger sekarang.

       Kedatangan bangsa kulit putih antara lain Portugis, Belanda dan Inggris pada akhirnya mengakibatkan kemunduran Kerajaan mataram sehingga Nusantara jatuh kedalam masa penjajahan. Dalam masa pertengahan penjajahan menurut Buku History of Java karangan Gubernur Jenderal Raffles (1812), Malang merupakan daerah perkebunan dibawah Kabupaten Pasuruan. Malang berkembang pesat setelah ada jalur kereta api dan dibukanya berbagai perkebunan terutama tebu untuk industri gula. Sampai saat ini dua pabrik gula peninggalan kolonial masih beroperasi yaitu PG. Krebet Baru dan PG. Kebon Agung.

Jembatan KA Kota Malang


MASA KEMERDEKAAN
        Pada masa sesudah Proklamasi Kemerdekaan di Malang didirikan Pemerintah Daerah Sementara dan pada masa Perang Kemerdekaan (Clash I 1947 dan Clash II 1949) daerah Malang menjadi basis perjuangan baik politis maupun gerilya.
      Berbagai pasukan antara lain TGP dan pasukan Hamid Rusdi sangat terkenal dengan kegigihan dan keberaniannya. Salah satu pertempuran dahsyat dalam mempertahankan Kota Malang yang selalu dikenang adalah front Jalan Salak (kini Jalan Pahlawan Trip). Pada saat itu gugur 35 orang anggota Brigade 17 Detasemen I Trip Jawa Timur. Di bekas lokasi pertempuran tersebut kini didirikan Monumen dan Makam Pahlawan Trip. Makam Pahlawan yang lain terletak di Jalan Veteran tidak jauh dari Jalan Pahlawan Trip.
MASA ORDE LAMA
Orde Lama Ir. Soekarno

        Pergolakan politis pada akhir masa Orde Lama juga terjadi di Malang karena aktifitas PKI / Komunis cukup banyak mempengaruhi masyarakat terutama golongan pemuda. Terjadi rapat2 umum, demonstrasi, kerusuhan dan bentrokan fisik antara pendukung Komunis dengan pendukung Pancasila, salah satunya yang terkenal adalah penyerbuan Gedung Sarinah sekarang. Akhirnya kelompok Komunis dapat dikalahkan dan melarikan diri ke daerah Blitar sehingga dilakukan operasi militer Sandhi Yudha yang mengakhiri petualangan Komunis di Indonesia.
  MASA ORDE BARU
    Kota Malang berkembang pesat pada masa Orde Baru berkat perkembangan perekonomian yang semakin baik dan semangat masyarakat yang kuat untuk meraih hari depan yang lebih baik. Berbagai kegiatan pembangunan di segala bidang terus dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan.

MASA REFORMASI
     Malang sebagai Kota Pendidikan juga menjadi salah satu barometer aksi yang menggulirkan reformasi. Ribuan Pelajar dan Mahasiswa turun ke jalan untuk memperjuangkan hak rakyat dan prinsip demokrasi hingga berhasil. Dan perjuangan terus dilanjutkan di daerah antara lain dengan mengupayakan pemilihan Pimpinan Daerah (Walikota) yang demokratis.

 

GUNUNG SEMERU

Jejak Kerajaan Khadiri di Gunung Semeru 

     Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan memiliki ketinggian 3.645 mdpl serta masuk dalam pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru secara administrasi mencakupi 4 kabupaten, yaitu: Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.

     Menurut cerita dongeng, Gunung Semeru berasal dari India dibawa oleh para Dewa. Pada zaman dahulu kala (kayak orang tua-tua cerita), gunung yang dibawa dari India tersebut adalah Meru. Pada awalnya Gunung Meru yang oleh para dewa ditaruh di Jawa Barat, namun keadaan Pulau Jawa tidak seimbang. Pulau Jawa berat sebelah, dan sisi Timur terjungkit. Sehingga kemudian keberadaan Gunung Meru dipindah ke Jawa Timur. Dalam perjalanan pemindahan gunung tersebut, puncak dari gunung tersebut jatuh tercecer sehingga menjadi gunung-gunung seperti Arjuno, Penanggungan dan lain-lain.

     Gunung Semeru memiliki pesona alam yang begitu bagus, salah satunya adalah Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo terbentuk dari letusan Gunung Bajangan yang berada di bawah Puncak Mahameru. Aliran lava dan material letusan membentuk lembahan yang cukup besar sehingga membentuk danau. Ranu Kumbolo merupakan suatu danau yang indah di ketinggian 2.426 mdpl. Danau Ranu Kumbolo merupakan salah satu surganya para pendaki. Perjalanan menuju ke Ranu Kumbolo dapat ditempuh 4 jam perjalanan dari pos terakhir tempat registrasi di Desa Ranu Pane. Dalam perjalanan menuju ke Ranu kumbolo terdapat 4 selter sebagai tempat istirahat sementara. Para penndaki melewati hutan hujan basah yang kemudian ditengah-tengahnya terdapat Daerah yang diberi nama Watu Rejeng. Setelah Watu Rejeng perjalanan akan memutari pungungan hingga keluar dari hutan dan berjumpa dengan Ranu Kumbolo.

      Pada danau Ranu Kumbolo terdapat satu prasasti yang diperkirakan dikeluarkan pada zaman Kerajaan Khadiri. Prasasti tersebut berbunyi “Mpu Kameswara Tirtayasa” yang menggunakan bahasa jawa kuno tengah masa Khadiri dengan tulisan kuadrat. Letak prasasti tersebut menghadap ke Ranu Kumbolo dengan tulisan membelakangi Danau. Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Kameswara atau raja Bameswara yang merupakan raja kerajaan Khadiri. Prasasti tersebut berfungsi sebagai tanda fungsi danau sebagai air suci, bukan menghadap ke Puncak Mahameru.

     Terdapat enam prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Bamsewara dan telah diartikan yaitu prasasti Padlegan 1038 Saka (1117 Masehi), prasasi panumbang tahun 1042 Saka (1120 Masehi), prasasti Geneng tahun 1050 Saka (1128 Masehi), Prasasti Candi Tuban tahun 1051 Saka (1124 Masehi) dan prasasti Tangkiln tahun 1025 Saka (1130 Masehi). Seluruh prasasti masa Raja Bameswara tersebut dapat dilihat masa berkuasanya Raja Bameswara sekitar tahun 1117 Masehi-1130 Masehi. Sehingga dapat diperkirakan prasasti Ranu Kumbolo dikeluarkan sekitar taahun tersebut.

      Beberapa pendapat mengatakan bahwa fungsi dari Ranu Kumbolo adalah sebagai tempat bersemedi bagi Raja Bameswara. Keberadaan danau Ranu Kumbolo yang merupakan tempat mandi para dewa, dijadikan sebagai air suci gunung Semeru. Keterkaitan tersebut yang menjadi dasar pendapat bahwa di Ranu Kumbolo dijadikan tempat semedi Raja Bameswara.

     Prasasti Ranu Kumbolo merekam jejak Kerajaan Khadiri yang telah melakukan perjalanan dan menandai daerah kekuasaannya jauh ke tanah yang mempunyai ketinggian 2.426 mdpl. Rute perjalanan Raja Bameswara dimulai melalui jalur lama, bukan melalui jalur pendakian Gunung Semeru pada saat ini via Desa Ranu Pane. Namun perjalanan Raja Bameswara via Desa Gubuk Klakah yang terdapat sebuah candi di desa tersebut sebagai gerbang menuju tempat suci Gunung Semeru.

     Gunung Semeru memiliki puncak yang bernama Mahameru. Gunung Semeru dalam kepercayaan Hindu Jawa merupakan tempat bersemayam Para Dewa, sehingga disucikan. Maka dari itu Ranu Kumbolo dijadikan tempat air suci dari gunung suci Semeru. Namun terlepas dari semua cerita tersebut, Gunung Semeru memberikan pesona alam yang mempesona. Gunung tertinggi dipulau Jawa ini merupakan gunung wajib didaki diPulau Jawa bagi para pendaki baik dalam negeri maupun luar negeri. 

Source

Mizztique Zone © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute